Minggu, 03 Juli 2011

Makalah Belajar dan Pembelajaran> Berbagai Pendekatan Dalam Belajar

KATA PENGANTAR
            Alhamdulilah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya, diiringi shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas belajar dan pembelajaran pada semester kedua.
            Kami  mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh, Dra. Holidjah AR, dan teman-teman seperjuangan yang  telah membantu baik material maupun spiritual guna menyelesaikan makalah ini.
            Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan makalah ini dikarenakan terbatasnya kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi perbaikan pada masa yang akan datang.
            Akhirnya, kami semua berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.



                                                                     Palembang,   April  2011



                                                                               Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar.
Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang aktif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan anak didik.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang diambil guru dalam melakukan pengajaran.
Oleh karena itu, sebelum guru melakukan pengajaran diharapkan telah mengetahui pendekatan yang diambil adalah tepat untuk anak didiknya. Supaya proses belajar mengajar bisa berjalan lancar. Maka dalam hal ini penyusun mengambil judul “Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar”, karena penyusun melihat pendekatan yang tepat dapat menyampaikan tujuan pembelajaran dan pendekatan dalam belajar mengajar harus dapat diketahui dan dipahami guru.

1.2     Rumusan Masalah                                        
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada dalam belajar dan pembelajaran, yaitu :
v   Bagaimana pendekatan dalam belajar mengajar?
v   Apa itu hakikat pembelajaran?
v   Apa saja yang termasuk kelompok dan jenis- jenis model pembelajaran?
 
1.3     Tujuan dan Manfaat Penulisan
          1.3.1       Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran.
1.3.1       Manfaat Penulisan
Agar Bapak/Ibu Guru maupun Calon Guru seperti layaknya tim penyusun makalah dapat memahami dan menerapkan berbagai pendekatan dalam belajar dan mengajar, hakikat model pembelajaran dan kelompok serta jenis- jenis model pembelajaran agar dapat mengembangkan model- model pembelajaran untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

1.4     Metode Penulisan
Untuk menyelesaikan makalah ini penyusun memperoleh data dengan berbagai cara diantaranya :
a.              Data Sekunder, data yang dipilih dari dokumen/ penelitian pustaka yang berhubungan dengan objek penelitian.
b.             Melalui fasilitas internet.                
                        
I. 5    Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami–tim penulis–miliki serta sesuai rujukan materi yang harus dibahas dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah belajar dan pembelajaran yang juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan berbagai pendekatan dalam belajar dan mengajar, hakikat model pembelajaran dan kelompok serta jenis- jenis model pembelajaran.
 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai maslaah dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut:
A.     Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B.      Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang dilakukan guru dengan cara mengelompokkan anak didiknya sesuai dengan kriterianya demi tercapainya kegiatan belajar mengajar.  Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan.
Fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan seacara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
C.      Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahannya dan menghendaki pendekatan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik yang membuat keribuatan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah dalam pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”.
D.      Pendekatan Edukatif
Apa pun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti dan sebagainya.  Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keribuatan di kelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan sanksi hukum dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah.
Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif adalah setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma moral, norma sosial dan norma agama.
E.      Pendekatan Keagamaan
Khususnya untuk mata pelajaran umum, sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ilmu itu tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum. Tentu saja guru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang.
F.      Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam rangka penguasaan bahasa Inggris tidak bisa mengabaikan masalahpendekatan yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan penguasaan bahasa Inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.

2.2     Hakikat Model Pembelajaran
Model- model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Belajar harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan, membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik kepribadian, kebiasaan- kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi. Di samping didasari pertimbangan keragaman siswa, pengembangan berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya maka di dalam menentukan model- model pembelajaran yang akan dikembangkan, guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang siswa- siswanya, keragaman kemampuan, motivasi minat dan karakteristik pribadi lainnya.
Sebelum mengkaji lebih dalam tentang model- model pembelajaran, ada baiknya kita pahami kerangka piker Gagne yang menegaskan 5 kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga memerlukan berbagai model dan strategi pembelajaran untuk mencapainya, yaitu :
1.             Keterampilan intelektual, yakni sejumlah pengetahuan mulai dari kemampuan baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan ini sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan social seseorang dan kesempatan belajar yang tersedia.
2.             Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas- luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
3.             Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
4.             Keterampilan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan menggunakan sesuatu, keterampilan gerak.
5.             Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, intensitas emosional.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Sementara setiap guru juga menyadari bahwa untuk dapat memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang dianggap mudah, karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbea baik segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman pribadi yang dimiliki oleh siswa tersebut., kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab kita di kelas itu merasa mendapat perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap rencana pembelajaran dapat tercapai.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Hal penting yang harus di ingat bahwa tidak ada satu strategi pembelajaran yang paling ampuh untuk segala situasi. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang komprehensip serta mampu mengambil keputusan yang rasional kapan waktu yang tepat untuk menerapkan salah satu atau beberapa strategi secara efektif. ( Killen, 1998 ).
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan- bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat- tempat lain yang melaksanakan aktivitas- aktivitas pembelajaran.

2.3     Kelompok dan Jenis- Jenis Model Pembelajaran
Lapp, Bender, Ellenwood & John ( 1975 ) berpendapat bahwa berbagai aktivitas belajar mengajar dapat dijabarkan menjadi 4 model utama, yaitu :
1.             The Classical Model, dimana guru lebih menitikberatkan peranannya dalam pemberian informasi melalui mata pelajaran dan materi pelajaran yang disajikannya.
2.             The Technological Model, yang lebih menitikberatkan peranan pendidikan sebagai transmisi informasi, lebih dititikberatkan untuk mencapai kpmpetensi individual siswa.
3.             The Personalised Model, dimana proses pembelajaran dikembangkan dengan memperhatikan minat, pengalaman dan perkembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi- potensi individualitasnya.
4.             The Interaction Model, dengan menitikberatkan pola interdepensi antara guru dan siswa sehingga tercipta komunikaso dialogis di dalam proses pembelajaran.
Stalling ( 1997 ), mengemukakan 5 model dalam pembelajaran :
1.             The Exploratory Model. Model ini pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan independensi siswa.
2.             The Group Process Model. Model ini utamanya diarahkan untuk mengembangkan kesadaran diri, rasa tanggung jawab dan kemampuan bekerja sama antara siswa.
3.             The Developmental Cognitive- Model, yang menitikberatkan untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan kognitif.
4.             The Programmed Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar melalui modifikasi tingkah laku.
5.             The Fundamental Model, yang dititikberatkan untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan dasar melalui pengetahuan factual.

Beberapa contoh kelompok model- model pembelajaran yang dapat diterapkan guru secara sinergis melalui aktivitas pembelajaran yang dikelolanya:
1.             Kelompok Model Interaksi Social ( Social Interaction Models )
Model interaksi social adalah suatu model pembelajaran yang beranjak dari pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realitas kehidupan, individu tidak mungkin melepaskan dirinya dari interaksi dengan orang lain.
Kelompok model- model social ini dirancang dengan memanfaatkan kerja sama antara siswa melalui berbagai bentuk kegiatan nyata aktivitas pembelajaran baik yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dengan kerja sama, manusia dapat membangkikan dan menghimpun tenaga atau energy secara bersama yang kemudian disebut synergy ( Joyce dan Weil, 2000 ). Model interaksi social didasarkan pada dua asumsi pokok, yaitu : (1) masalah- masalah social dapat diindentifikasi dan dipecahkan melalui kesepakatan- kesepakatan bersama melalui proses- proses social dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat, (2) proses social yang demokratis perlu dikembangkan dalam upaya perbaikan system kehidupan social masyarakat secara terarah dan berkesinambungan.
Model- model social ini telah banyak diteliti dalam rangka menguji keberlakuannya. Hasilnya cukup meyakinkan, ternyata belajar bersama dapat membantu siswa mengembangkan berbagai dimensi kemampuannya yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar ( Winatapura, 2005:6 ).
Kelompok model interaksi social ini antara lain sebagai berikut :
a.             Investigasi Kelompok ( Group Ivestigation )
Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa adalah sentral dari keseluruhan kegiatan peembelajaran. Dan oleh sebab itu pula kebermaknaan pembelajaran sesungguhnya akan sangat tergantung pada bagaimana kebutuhan- kebutuhan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, nilai- nilai, serta pengalaman mereka dapat terpenuhi secara optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Keaktifan siswa melalui investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam aktivitas saling bertukar pikiran melalui komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan mulai dari kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan pemilihan topic- topic investigasi. Kondisi ini akan memberikan dorongan yang besar bagi para siswa untuk belajar menghargai pemikiran- pemikiran dan kemampuan orang lain serta saling melengkapi pengetahuan dan pengalaman- pengalaman masing- masing.
Penerapan model Investigasi Kelompo dalam proses pembelajaran memberikan dampak yang sangat penting, terutama sekali terwujudnya proses efektifitas kelompok, mengembangkan wawasan dan pengetahuan.
b.             Bermain Peran ( Role Playing )
Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai- nila social dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Model ini digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu- isu moral dan social, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan social. Sebagai model mengajar, model ini mencoba membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia social dan berupaya memecahkan dilemma- dilemma social dengan bantuan kelompok.
c.             Model Penelitian Yurisprudensi ( Jurisprodential Inquiry )
Dalam model ini para siswa sengaja dilibatkan dalam masalah- masalah social yang menuntut pembuatan kebijakan pemerintah yang diperlukan serta berbagai pilihan utnuk mengatasi isu tersebut, misalnya tentang konflik moral, toleransi dan sikap- sikap social lainnya. Model ini bertujuan membantu siswa belajar berfikir secara sistematis tentang isu- isu mutahir. Para siswa dituntut merumuskan isu- isu tersebut dan menganalisis pemikiran- pemikiran alternative. Model ini juga didasarkan atas konsep tentang masyarakat dimana terdapat perbedaan- perbedaan pandangan dan prioritas bahkan konflik nilai antara seseorang dengan yang lain.

2.             Kelompok Model Pengolahan Informasi ( Information Processing Model )
Kelompok model pengolahan informasi salah satu kelompok model pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada aktivitas- aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas melalui proses pembelajaran.
Ada beberapa bentuk model yang dapat dipertimbangkan guru untuk diterapkan di dalam proses pembelajaran, yang termasuk kelompok model ini antara lain :
a.      Berpikir Induktif ( Inductive Thinking )
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang tidak dengan sendirinya dapat berkembang dengan baik jika proses pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuaiannya dengan berpikir seseorang.
b.      Pencapaian Konsep ( Concept Attainment )
Model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep- konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model ini memiliki pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri.
c.       Memorisasi
Model ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan mengintegritaskan informasi sehingga siswa- siswa dapat mengingat informasi yang telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat yang diperlukan.
d.      Advance Organizers
Model advance terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama menjelaskan panduan pembelajaran. Pada tahap ini ada beberapa kegiatan pokok yang dilakukan guru:
1.      Menjelaskan tujuan pembelajaran.
2.      Mempresentasikan panduan pembelajaran.
3.      Menumbuhkan kesadaran pengetahuan dan pengalaman siswa yang relevan.
Tahap kedua menjelaskan materi dan tugas- tugas pembelajaran. Tahap ini meliputi kegiatan :
1.      Menjelaskan materi pembelajaran.
2.      Membangkitkan perhatian siswa.
3.      Mengatur secara eksplisit tugas- tugas.
4.      Menyusun susunan logis materi pembelajaran.
Tahap ketiga memperkokoh pengorganisasian kognitif. Pada tahap ini kegiatan- kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
1.      Menggunakan prinsip- prinsip secara terintegrasi.
2.      Meningkatkan keaktifan aktivitas pembelajaran.
3.  Mengembangkan pendekatan- pendekatan kritis guna memperjelas materi pembelajaran.
e.      Penelitian Ilmiah ( Scientific Inquiry )
Esensial model penelitian ilmiah adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa di dalam menyelesaikan masalah melalui suatu penelitian dengan membandingkan masalah tersebut dengan kondisi nyata pada areal penelitian, membantu siswa di dalam mengidentifikasi konsep atau metode pemecahan masalah pada kawasan penelitian dan membantu mereka agar mampu mendesain cara- cara mengatasi masalah.
f.        Inquiry Training
Model ini diarahkan untuk mengajarkan siswa suatu proses dalam rangka mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi.
Inquiry training dimulai dengan menyajikan peristiwa yang mengandung teka- teki kepada siswa. Siswa- siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban masalah- masalah yang masih menjadi teka- teki tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengajarkan prosedur pengkajian sesuai dengan langkah- langkah yang telah ditentukan.
g.      Synectics
Sintetik merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain oleh Gordon yang pada dasarnya diarahkan untuk mengembangkan kreatifitas. Penerapan model sintetik di dalam proses pembelajaran dilakukan 6 tahap antara lain :
1.      Guru menugaskan siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang.
2.      Siswa mengembangkan berbagai analogi, kemudian memilih satu diantara analogi tersebut kemudian mendeskripsikan dan menjelaskannya secara mendalam.
3.      Siswa menjadi bagian dari analogi dari yang dipilihnya pada tahap sebelumnya.
4.      Siswa mengembangkan pemikiran dalam bentuk deskripsi- deskripsi dari yang dihasilkannya pada tahap dua dan tiga, kemudian menemukan pertentangan- pertentangan.
5.      Siswa menyimpulkan dan menentukan analogi- analogi tidak langsung lainnya.
6.      Guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan masalah semula dengan menggunakan analogi- analogi terakhir atau dengan menggunakan seluruh pengalaman sintetik.

3.             Kelompok Model Personal ( The Personal Family Model )
Model personal dikembangkan dengan beberapa tujuan esensial antara lain :
*            Untuk mengarahkan perkembangan dan kesehatan mental dan emosional melalui pengembangan rasa percaya diri dan pandangan realistic tentang dirinya, dengan membangun rasa empati dirinya terhadap orang lain.
*            Mengembangkan keseimbangan proses pendidikan beranjak dari kebutuhan dan aspirasi siswa sendiri, menempatkan siswa sebagai partner di dalam menentukan apa yang ia pelajari dan bagaimana ia mempelajarinya.
*            Mengembangkan aspek- aspek khusus kemampuan berpikir kualitatif, seperti kreatifitas, ekspresi- ekspresi pribadi.
Yang termasuk dalam model ini, antara lain :
a.      Pembelajaran Tanpa Arahan
Model pembelajaran tanpa arahan adalah model yang berfokus pada upaya memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar diorganisasi sedemikian rupa untuk membantu siswa mengembangkan integritas kepribadian, meningkatkan efektifitas serta membantu merealisasikan harapan atau cita- cita siswa.
b.      Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri ( Enhancing Self Esteem )
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat dipergunakan guru di dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa yang merupakan bagian dari model- model personal. Winatapura (2005:6) mengemukakan selain dari model pembelajaran tanpa arahan sebagaimana dikemukakan sebelumnya, masih ada beberapa model lain yang juga diarahkan integritas kepribadian, terutama rasa percaya diri siswa, antara lain :

1)      Model Latihan Kesadaran ( Ewareness Training Models )
Model latihan kesadaran adalah model pembelajaran yang diarahkan untuk memperluas kesadaran diri dan kemampuan untuk merasa dan berpikir. Di dalam proses pembelajaran, latihan kesadaran dimulai dengan pengaturan para siswa melalui berbagai bentuk arahan dari guru. Siswa- siswa terlibat di dalam aktivitas dan diskusi untuk mengidentifikasi berbagai reaksi- reaksi emosional. Hal yang prinsip bahwa model ini didesain untuk membantu siswa agar lebih daoat merealisasikan diri sepenuhnya.
2)      Model Pertemuan Kelas ( Classroom Meeting )
Di dalam kelas, model ini diwujudkan seperti layaknya rapat atau pertemuan di mana kelompok bertanggung jawab untuk membangun system social yang sesuai untuk melaksanakan tugas- tugas akademis dengan mempertimbangkan unsure perbedaan perseorangan dengan tetap menghargai tugas- tugas bersama dan hak- hak orang lain.
4.             Kelompok Model- Model Sistem Perilaku
Model ini memusatkan perhatian pada perilaku yang teramati ( terobservasi ). Terdapat beberapa bentuk model yang termasuk kelompok model ini antara lain :
a.      Belajar Tuntas ( Mastery Learning )
Pada prinsipnya belajar tuntas adalah suatu aktivitas proses pembelajaran yang bertujuan agar bahan ajar dapat dikuasai oleh tuntas oleh siswa.
Sumantri dan Permana (1998/1999:99) menjabarkan beberapa ciri belajar tuntas antara lain :
1)        Pembelajaran didasarkan atas tujuan- tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
2)        Pembelajaran sangat memperhatikan perbedaan- perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan belajarnya.
3)        Evaluasi dilakukan secara kontinyu agar guru dan siswa segera mendapat balikan.
b.      Pengajaran langsung ( Direct Instruction )
Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada kegiatan- kegiatan akademik.
Pemberian arahan dan control secara ketat di dalam pengembangan model pembelajaran langsung ini terutama sekali dilakukan ketika guru menjelaskan tentang tugas- tugas belajar, menjelaskan materi pelajaran. Tujuan utama model pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa ( Joyce, Weil dan Calhoun, 2000:38 ). Sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi belajar serta meningkatnya kemampuan siswa.
c.       Simulasi ( Simulation )
Simulasi yang diterapkan di kelas dirancang untuk mencapai kelebihan- kelebihan tertentu dalam pendidikan. Melalui model ini guru mengontrol partisispasi siswa dalam skenario permainan untuk menjamin bahwa kelebihan atau keuntungan dari model ini benar- benar dapat dicapai.


BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran pada prinsipnya didasari pemikiran tentang keberagaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, modelitas belajar, motivasi, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya. Selain dasar pemikiran tersebut, keragaman model pembelajaran juga dikembangkan untuk menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya terpaku pada model pembelajaran tertentu. Pemilihan dan penentuan salah satu atau beberap model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya peran aktif siswa dalam mengeksplorasi hal- hal baru yang terkait dengan apa yang sedang dipelajari. Ketepatan model pembelajaran juga dapat mendorong tumbuhnya motivasi siswa, terjadinya iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa mampu memusatkan aktivitas serta perhatian terhadap kegiatan belajar yang sedang berlangsung.

3.2     Saran
Dalam proses belajar mengajar diperlukan kreatifitas baik dari pihak guru maupun siswa. Guru adalah seorang pendidik artinya seorang pendidik harus mampu mengetahui keadaan peserta didik masing- masing. Guru dapat melakukan berbagai metode atau cara yang berkaitan dengan proses pembelajaran sehingga guru dengan mudah mengetahui karakteristik peserta didik.
Selain itu dapat juga melalui kegiatan pembelajaran yang bersifat menarik motivasi siswa, membuat kelompok-kelompok belajar. Tentu proses kreatif dan inovatif dapat terwujud dan menghasilkan proses belajar mengajar yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
http://infomediakita.blogspot.com/2010makalahberbagaipendekatandalamhtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar